Minggu, 15 November 2015

ULTAH TEATER ESKA

Jika setiap momen penting dalam hidup selalu mensyaratkan perayaan untuk mengungkapkan kebahagian, maka peristiwa 35 tahun yang terpacak di kalender 18 Oktober 2015 silam, Teater Eska ingin ada sesuatu yang mesti dilampaui, sesuatu yang lebih dari sekadar perayaan. Dan E(k)SKAvasi: Teater Eska Archive Exhibition adalah salah satu upaya untuk melakukan itu.
E(k)SKAvasi adalah tajuk untuk menandai peristiwa perayaan ini. Istilah ini (ekskavasi) diambil dari disiplin ilmu arkeologi mengenai penggalian di tempat yang mengandung benda purbakala. Ekskavasi dipakai untuk merespon rancang-bangun konsep pameran arsip yang dilaksanakan pada tanggal 12 sd. 14 November 2015.
Jika melalui ekskavasi para arkeolog berusaha membuka kembali “rekaman” kehidupan manusia masa lalu melalui sisa-sisa aktivitasnya yang masih terawetkan sampai sekarang, dengan memperhatikan proses transformasi sejak materi tersebut terdeposisi hingga ditemukan kembali, maka gelaran E(k)SKAvasi adalah upaya untuk (1) membuka ingatan mengenai pergulatan Teater Eska di medan kebudayaan di Yogyakarta, (2) menyusur praktik artistik Teater Eska yang berlangsung dari dulu hingga sekarang, (3) menimbang rumusan visi kerja seni Teater Eska yang berakar pada humanisasi, liberasi, dan transendensi, sekaligus (4) menata kembali apa-apa yang perlu dibangkitkan dan disusun kembali dan apa-apa yang patut dijadikan kenangan saja.
Menggali dan melihat lagi arsip merupakan bentuk refleksi. Pada ruang refleksi yang disediakan arsip itulah anggota Teater Eska generasi kini dapat berdialog dengan para pendahulunya dan masuk-menemu gagasan dari pergulatan panjang sejarah kelompoknya.
Arsip-arsip yang dipamerkan adalah: (1) Poster, (2) Foto, (3) Video, (4) Buku [100 lebih buku dari penulis Teater Eska], (5) Naskah teater yang ditulis oleh penulis dari Teater Eska, (6) Kliping surat kabar [ulasan media dan reportase pentas Teater Eska], (7) Skripsi [tugas akhir yang secara khusus meneliti Teater Eska], (8) Kostum, properti, lukisan, dan lain-lain.
Pameran tersebut diletakkan di ruang yang potensial untuk dijadikan galeri alternatif. Dari beberapa ruang yang ada di UIN, Teater Eska memilih parkiran Panggung Demokrasi dan Underpass untuk memerkan arsip-arsip tersebut.
Selama tiga hari acara, pameran ini juga disertai acara pendukung seperti pentas kesenian. Teater Eska mengajak beberapa kelompok kesenian baik dari kampus UIN sendiri ataupun dari luar UIN untuk tampil meramaikan gelaran ini. Misalnya, Sanggar Nuun, Gitasavana, Difabel, Az-Zahra, Viera and Friends, Cepedi, JQH. Al-Mizan, Zacky Acoustic, dan Adab Dance adalah kelompok dari UIN. Sementara dari luar kampus UIN bisa kita sebut kelompok Minggu Pagi, Serangan Selatan (ISI), Khalid Salleh (aktor asal Malaysia), Capoiera, Sanggar Pamong, dan Spoer Band. Selain itu, Teater Eska juga mengajak teman-teman etnis, seperti Aceh, Papua, Bima, dan Thailand untuk turut ambil bagian dalam acara ini.
Selain pentas kesenian, Teater Eska juga mempersembahkan gelaran bedah buku bagi teman-teman mahasiswa yang tertarik pada buku dan sastra. Pada tanggal 12 November 2015, dilaksanakan bedah buku Lonceng Kerbau karya Mahendra (alumni Aqidah & Filsafat dan Teater Eska). Bedah buku yang dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB itu dibedah oleh Otto Sukatno CR (budayawan dan mantan ketua Teater Eska) dan Zuhdi Sang (alumni IRB Sanata Dharma). Pada keesokan harinya (13/11/15), giliran buku Bait-Bait Multazam karya Abidah El-Halieqy yang dibahas. Bedah buku yang dilaksanakan di teaterikal perpustakaan UIN ini dibahas oleh Farid Mustafa (Dosen Filsafat UGM) dan dimoderatori oleh penyair Evi Idawati. Pada hari ketiga (14/11/15), bedah buku juga digelar di tempat yang sama. Teater Eska mempersembahkan buku Pantai Keabadian karya Kuswaidi Syafi’ie (Penyair dan pengasuh Pondok Pesantren Maulana Rumi, Bantul) untuk didiskusikan, cerpenis Joni Ariadinata dan Danial Hidayatullah (Dosen Sastra Inggris UIN Sunan Kalijaga) mendapat kehormatan untuk membahas buku ini.
Selain bedah buku, untuk lebih mendekatkan mahasiswa dan sivitas akademika pada sastra, Teater Eska juga menyelenggarakan “Jemuran Puisi”. maksud dari Jemuran Puisi adalah mempublikasikan puisi-puisi karya mahasiswa UIN di beberapa titik ruang di kampus ini, seperti masjid, parkiran terpadu, dan lain-lain.
Tidak hanya itu, keseriusan Teater Eska untuk mendekatkan sastra pada warga kampus bisa disimak pada malam pamungkas. Pada malam tanggal 13 November 2015 itu akan diselenggarakan acara “Akademisi Baca Puisi”. Para akademisi yang akan turut tampil pada gelaran ini adalah: Prof. Faisal Ismail, Alimatul Qibtiyah, P.hd., Aning Ayu Kusuma, MA., Evi Septiani, MA., Dr. nRuhaini, MA., H. Abdul Kudus Joher, MA., Mang Bahrum, MA., Prof. Nur Hadi, MA., Prof. Dr. Taufik Ahmad Addardiri, MA, dan lain-lain.
Sebelum acara pameran ini, Teater Eska juga sudah melakukan kegiatan “Parallel Event”. Parallel Event merupakan program “sebaran isu” bagi gelaran pameran E(k)SKAvasi. Keberadaannya sangat penting untuk menelusuri wacana seni secara lebih mendalam dengan mengundang praktisi dan teoritisi kesenian untuk berbicara. Kegiatan ini sekaligus sebagai sebaran isu untuk gelaran pameran. Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan sebelum acara pameran berlangsung. Acara Parallel Event yang sudah digelar adalah diskusi Tambora: Gunung, Mitos, dan Kolonialisme pada tanggal 28 Oktober 2015. Tajuk diskusi ini dibahas oleh Paox Iben, seniman asal Lombok yang menulis novel berjudul Tambora 1815.
Pada tanggal 5 November 2015 diselenggarakan juga “Ngaji Budaya”. Teater Eska mengundang Kuswaidi Syafi’ie untuk menguliti tema Mabuk Allah (Trance) Sebagai Peristiwa Seni. Diskusi ini diharapkan mengangkat lagi wacana-wacana seni Islam di lingkungan UIN. Karena Teater Eska adalah kelompok teater, maka diselenggarakan pula diskusi Apa Kabar Teater (di) Kampus? Pada tanggal 2 November 2015. Diskusi yang dihadiri oleh berbagai kelompok teater kampus di Yogyakarta ini membicarakan persoalan teater kampus terkait dengan proses kreatif di lingkungan kampus dan hubungannya dengan birokrasi kampus.
Adapun Parallel Event yang terakhir bertajuk Menyisir Kehidupan sastra di Lingkungan UIN Sunan Kalijaga diselenggarakan pada 9 November 2015 di gelanggan Teater Eska. Diskusi ini dimaksudkan untuk mencatat nama-nama sastrawan yang lahir dari kampus ini dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Teater Eska mengundang sastrawan UIN dari generasi lama hingga generasi hari ini. Prof. Faisal Ismail adalah sastrawan UIN yang mewakili generasi lama ini, sementara Aly D. Musyrifa mewakili generasi tahun 80-an sampai 90-an. Adapun Badrul Munir Chair mewakili generasi mutakhir. Menghadirkan pembicara dari beragam generasi ini, selain untuk melihat karakteristik karya-karya para sastrawan di kampus ini dari tahun 60-an hingga sekarang, juga untuk melihat gesekan wacana dan pergulatan pratik artistik dalam rentang waktu yang cukup panjang itu.
Kegiatan dalam rangka Ulang Tahun Teater Eska ditutup dengan pembacaan puisi oleh WR III UIN Sunan Kalijaga, Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA, Prof. Noorhadiri, Prof. Faisal Ismail, Evi Septiani, Siti Rohayah, Aning Ayu Kusuma, dan Ustads Abdul Kudus Dzuahair yang dipandu olah Hamdi Salad. Demikianlah, kegiatan ini untuk membuka dan memperlihatkan bahwa Teater Eska juga turut memberi sumbangan penting pada UIN Sunan Kalijaga, khusunya di bidang kesenian, hal tersebut dikatakan oleh Pembina Teater Eska, Labibah.

Sumber : http://uin-suka.ac.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar